Sabtu, 31 Mei 2008

DENGAN CARA APAPUN, MEROKOK TETAP TIDAK AMAN

Adakah Cara Aman Untuk Merokok?



(dari : Scientific Medicastore)


Tembakau, dalam segala bentuk penggunaannya, telah menjadi epidemi tersendiri di dunia. Produk tembakau yang dimaksud di sini merupakan produk yang sebagian atau seluruhnya dibuat dari daun tembakau yang digunakan dengan cara diisap atau dikunyah. Semua produk tembakau ini mengandung nikotin, yakni suatu bahan psikoaktif yang sangat menimbulkan ketergantungan.
Masalah kesehatan terkait penggunaan tembakau memang tidak melulu memberikan efek segera, perlu waktu tahunan bahkan puluhan tahun sejak awal penggunaannnya. Sehingga jika secara global penggunaan tembakau meningkat, maka epidemik tembakau ikut meningkat dan bukan tidak mungkin akan mencapai puncaknya. Disadari atau tidak, epidemik tembakau ini telah menjadi permasalah kesehatan terbesar yang dihadapi oleh dunia.



Rokok sebagai salah satu produk tembakau tampaknya telah dilegalkan pengunaanya dan dapat diiklankan. Tak kurang ada peraturan pemerintah yang menyebutkan bahwa batas kadar maksimum kandungan nikotin dan tar pada sebatang rokok yang beredar di wilayah Indonesia tidak boleh melebihi kadar kandungan nikotin 1,5 mg dan kandungan tar 20 mg. Namun, adakah batasan aman dalam konsumsi rokok?


Tidak ada batasan aman dalam hal yang sifatnya racun bagi tubuh. Ini disebabkan rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, lebih dari 60 di antaranya diketahui dapat menyebabkan kanker (karsinogenik). Nikotin merupakan komponen utama dalam rokok.
Ada tiga alasan mengapa nikotin dapat menimbulkan ketergantungan, yakni:
Ketika digunakan dalam jumlah sedikit, nikotin menciptakan perasaan nyaman yang membuat perokok ingin merokok lebih lagi.


Umumnya perokok menjadi ketergantungan nikotin dan mengalami penderitaan fisik dan psikologis ketika mereka mulai berhenti merokok. Gejalanya meliputi gugup, sakit kepala, dan gangguan tidur.
Nikotin mempengaruhi kimiawi otak dan sistem saraf pusat sehingga dapat mempengaruhi suasana hati dan sifat perokok.


Ketika rokok disulut, terjadi pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan sejumlah bahan kimia dalam asap rokok, diantaranya sianida, benzena, formaldehida, metanol, gas karbit (untuk mengelas), dan amonia. Asap rokok juga mengandung gas nitrogen oksida dan karbon monoksida yang beracun. Dapat dibayangkan berapa banyak racun yang masuk ke dalam tubuh saat Anda mengisap sebatang rokok.


Rokok berbahaya karena dapat merusak tubuh. Beberapa perokok mencoba mengakali kebiasaan merokok mereka dengan jalan mengurangi jumlah rokok yang diisap per harinya. Namun hasil penelitian mengungkapkan, mengisap 1-4 atau beberapa batang rokok per hari tetap dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kemungkinan kematian pada usia muda.
Sebagian lain berpikir akan lebih aman jika mereka beralih mengisap rokok dengan kadar nikotin dan tar yang lebih rendah. Namun ini pemikiran yang keliru. Rokok rendah nikotin dan tar sama berbahayanya dengan rokok yang mengandung nikotin dan tar lebih banyak. Rokok rendah nikotin dan tar hanya akan membuat para perokok menghabiskan lebih banyak batang rokok untuk memenuhi dosis nikotin seperti sebelumnya.


Perokok beranggapan bahwa rokok rendah nikotin dan tar menurunkan risiko masalah kesehatan dan merupakan pilihan terbaik untuk mulai berhenti merokok. Pendapat ini juga keliru. Dengan rokok rendah nikotin dan tar, perokok akan mengisap rokoknya lebih dalam dan lebih sering. Tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa risiko kanker paru menurun pada mereka yang mengisap rokok rendah nikotin dan tar.


Demikian halnya dengan rokok mentol. Penambahan mentol akan memberikan rasa nyaman di tenggorokan saat rokok diisap, juga dapat menurunkan refleks batuk dan rasa kering di tenggorokan yang umumnya dialami oleh perokok. Perokok mentol dapat mengisap rokok lebih dalam dan menahannya lebih lama karena adanya rasa nyaman tadi. Penelitian terbaru menyebutkan, perokok mentol lebih sedikit yang berusaha berhenti merokok dan lebih sedikit yang berhasil. Disarankan bagi perokok mentol mengganti rokoknya dengan rokok non-mentol sebelum mulai berhenti merokok.


Dalam bentuk dan cara penggunaan apapun, rokok (dan tembakau pada umumnya) tetaplah berbahaya. Sebagian perokok tentunya sudah mengetahui dan mungkin menyadari konsekuensi yang harus dibayar dengan memposisikan dirinya sebagai seorang perokok. Namun perkara berhenti merokok bukanlah hal yang mudah untuk dilakoni. Sifat ketergantungan yang ditimbulkan oleh nikotin merupakan hal utama yang terlebih dahulu harus diatasi oleh setiap perokok.


PERSAUDARAAN



KASIH SAYANG DAN PERSAMAAN

Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui, bahwa Kemiskinan yang membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan tentang Keadilan dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau pasti berpuas hati dengan nasibmu.
Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Karena orang kaya terlalu sibuk mengumpulkan harta untuk mencari pengetahuan. Dan kusebut pengertian tentang Kehidupan : Karena orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan keagungan bagi menempuh jalan kebenaran.

Bergembiralah, sahabatku yang papa, karena engkau merupakan penyambung lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah, karena engkau merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu, dan tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu.

Jika engkau menyadari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan jiwamu dari ceruk ejekan ke singgasana kehormatan, maka engkau akan merasa berpuas hati karena pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.

Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan terhadap masa kini dan harapan masa depan. Antara tidur dan jaga, di luar fajar merekah.

Sahabatku yang papa, "Kemiskinan” menyalakan api keagungan jiwa, sedangkan “Kemewahan” memperlihatkan keburukannya. “Duka” melembutkan perasaan, dan “Suka” mengobati hati yang luka. Bila Duka dan kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong, hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan.

Ingatlah, bahwa keimanan itu adalah pribadi sejati Manusia. Tidak dapat ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpulkan seperti harta kekayaan. Mereka yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendekap erat emasnya.

Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan “Keimanan”mu, dan hanya mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata. Orang-orang papa yang kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewah-mewahan dan mengumpulkan emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing di dalam kuburan. Itu menandakan ketakutan.

Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni daripada tawa ria orang yang ingin melupakannya dan lebih manis daripada ejekan seorang pencemooh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci dan mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah.

Benih yang kautaburkan bagi si kaya dan akan kau tuai nanti, akan kembali pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita yang kau sandang, akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan mendatang akan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran tentang Kasih Sayang dan Persamaan.

(Dari 'Suara Sang Guru')
(Khalil Gibran)

IN MEMORIAM : ALM. CHRISYE

KETIKA MULUT TAK LAGI BERKATA
Oleh : Taufiq Ismail


Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, "Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?"

Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap lirik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata.

Chrisye menginginkan puisi relijius. Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu.

Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, "Chris, maaf ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A'udzubillahi minasy syaithonirrojim. ."Alyauma nakhtimu'alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim , wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti.

Maknanya, "Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa! Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke lirik-lirik lagu tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya.

Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan Alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. Lagu itu saya beri judul "Ketika Tangan dan Kaki Berkata. "Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon, "Chris, Alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut .

Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali. Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye, Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye:
Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi.
Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, "Ketika Tangan dan Kaki Berkata". Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya. "Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65..." kata Taufiq.

Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri !

Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari! Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benar meluluhkan perasaan… Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir dihari kiamat kelak.

Mengenai menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. "Kenapa Bang, kurang ?" Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya. Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ' kan ?"

Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.

Pada subuh hari Jum'at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album soundtrack, 20 album solo dan 2 film. Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin.

Wassalamu'alikum Wr. Wb.


Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Lirik : Taufiq Ismail
Lagu : Chrisye

Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba

Rabbana...
Tangan kami...,
Kaki kami...,
Mulut kami...,
Mata hati kami...,

Luruskanlah...,
Kukuhkanlah...,
Di jalan cahaya.... sempurna
Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu yang hina

Jumat, 30 Mei 2008

IRONI ZAMAN SEKARANG

Betapa sebuah peristiwa mengharukan dapat membuat perbedaan dalam kehidupan seseorang.

Bukankah luar biasa bahwa GEORGE CARLIN (istrinya baru-baru ini meninggal) komedian di tahun 70an dan 80an dapat menulis sesuatu yang sangat menyentuh dan baik.

Sebuah pesan indah dari George Carlin:


1. Paradoks dalam zaman di masa hidup kita adalah bahwa kita memiliki gedung-gedung yang lebih tinggi tetapi kesabaran yang pendek, jalan bebas hambatan yang lebih lebar tetapi sudut pandang yang lebih sempit.

2. Kita mengeluarkan uang lebih banyak, tetapi memiliki lebih sedikit; kita membeli lebih banyak, tetapi menikmati lebih sedikit.

3. Kita memiliki rumah yang lebih besar dan keluarga yang lebih kecil, lebih nyaman, tetapi waktu yang lebih sedikit.

4. Kita memiliki lebih banyak gelar, tetapi logika yang lebih sedikit; lebih banyak pengetahuan, tetapi penilaian yang lebih sedikit; lebih banyak ahli, tetapi lebih banyak masalah; lebih banyak obat-obatan, tetapi kesehatan yang lebih sedikit.

5. Kita minum dan merokok terlalu banyak, meluangkan waktu dengan terlalu ceroboh, tertawa terlalu sedikit, menyetir terlalu cepat, marah terlalu besar, tidur terlalu larut, bangun terlalu lelah, membaca terlalu sedikit, menonton TV terlalu banyak, dan berdoa terlalu jarang.

6. Kita telah melipatgandakan barang milik kita, tetapi mengurangi nilai kita.

7. Kita terlalu banyak berbicara, terlalu jarang mencintai, dan terlalu sering membenci. Kita telah belajar bagaimana mencari uang, tetapi bukan kehidupan.

8. Kita telah menambah tahun-tahun dalam hidup kita, tetapi bukan kehidupan dalam tahun-tahun tersebut.

9. Kita telah mencapai bulan, tetapi memiliki masalah dalam menyeberang jalan dan menemui tetangga baru.

10. Kita telah mengalahkan luar angkasa, tetapi bukan dalam diri kita.

11. Kita telah melakukan hal-hal besar, tetapi bukan hal-hal yang lebih baik.

12. Kita telah membersihkan udara, tetapi mengotori sang jiwa.

13. Kita telah mengalahkan atom, tetapi bukan rasa diskriminasi.

14. Kita menulis lebih banyak, tetapi mempelajari lebih sedikit. Kita berencana lebih banyak, tetapi mencapai lebih sedikit.

15. Kita telah belajar untuk terburu-buru, tetapi bukan menunggu. Kita membuat lebih banyak komputer untuk menampung lebih banyak informasi, menghasilkan fotocopy yang lebih banyak, tetapi kita berkomunikasi semakin lebih sedikit.

16. Ini adalah zaman dimana makanan siap saji dan pencernaan yang lambat, orang besar dengan karakter yang kecil, keuntungan yang tinggi dan hubungan yang renggang.

17. Ini adalah zaman dimana ada dua penghasilan tetapi lebih banyak perceraian, rumah yang lebih mewah tetapi keluarga yang berantakan.

18. Ini adalah zaman dimana perjalanan dibuat singkat, popok sekali pakai buang, moralitas yang mudah dibuang, hubungan satu malam, berat badan berlebihan, dan pil-pil yang melakukan segalanya dari menceriakan, menenangkan, sampai membunuh.

19. Ini adalah zaman dimana banyak barang di etalase showroom dan tak ada stok dalam ruang persediaan. Zaman dimana teknologi dapat menyampaikan surat ini kepada Anda, dan zaman dimana Anda dapat memilih apakah Anda akan berbagi renungan ini, atau hanya tekan “hapus”

20. Ingatlah, luangkan lebih banyak waktu dengan orang yang Anda kasihi, karena mereka tidak akan ada selamanya.

21. Ingatlah, ucapkan kata yang baik kepada orang yang memandang Anda dengan ketakutan, karena si kecil tersebut akan segera tumbuh besar dan meninggalkan Anda.

22. Ingatlah, beri pelukan hangat kepada orang di sisi Anda, karena itulah satu-satunya harta yang dapat Anda berikan dengan hati dan tidak membutuhkan biaya.

23. Ingatlah, katakan “Saya menyayangimu” kepada pasangan Anda dan orang yang Anda kasihi, tetapi dengan penuh makna. Ciuman dan pelukan akan memperbaiki luka ketika dilakukan dari lubuk hati yang paling dalam.

24. Ingatlah, bergandeng tangan dan nikmati saat itu karena suatu hari orang tersebut tidak akan ada lagi.

25. Berikan waktu untuk mencintai, berikan waktu untuk berbicara! Dan berikan waktu untuk berbagi pikiran-pikiran yang berharga di benak Anda.


DAN INGATLAH SELALU:
Hidup tidak diukur oleh jumlah tarikan nafas kita, tetapi oleh saat-saat yang menghabiskan nafas kita.

MEMERANGI KEBOSANAN




Ini sebuah cerita ringan tentang kebosanan.
Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu : "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"
Pak Tua : "Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."
Tamu : "Kenapa kita merasa bosan?"
Pak Tua : "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."
Tamu : "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"
Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."
Tamu : "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"
Pak Tua : "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"
Tamu : "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."
Pak Tua : "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."
Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"
Pak Tua : "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu : "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"
Pak Tua : "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan. "
Tamu : "Contohnya? "
Pak Tua : "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu : "Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaiban pun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata:
"Karena sebenarnya segala sesuatu berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan."


"Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."

ALAM & MANUSIA - Khalil Gibran


ALAM & MANUSIA

Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya, "Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?” Dan sungai itu menjawab, “Sebab aku dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka memperalatkanku bagai pembersih sampah, meracuni kemurnianku dan mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk."

Dan aku mendengar burung-burung menangis dan aku bertanya, "Mengapa engkau menangis, burung-burungku yang cantik?"

Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku dan hinggap di ujung sebuah cabang pohon dan berkata, "Anak-anak Adam akan segera datang di ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami seolah-olah kami adalah musuhnya. Kami sekarang terpisah di antara satu sama yang lain, sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat dari kejahatan Manusia. Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi."

Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan dan menyinari puncak-puncak pepohonan dengan rona mahkota. Kupandangi keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri, “Mengapa Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh alam?”

(Khalil Gibran)

KEHIDUPAN - Khalil Gibran



HIDUP

Kehidupan merupakan sebuah pulau di lautan kesepian dan bagi pulau itu bukit karang yang timbul merupakan harapan, pohon merupakan impian, bunga merupakan keheningan perasaan dan sungai merupakan damba kehausan.

Hidupmu, wahai saudara-saudaraku, laksana pulau yang terpisah dari pulau dan daerah lain. Entah berapa banyak kapal yang bertolak dari pantaimu menuju wilayah lain, entah berapa banyak armada yang berlabuh di pesisirmu, namun engkau tetap pulau yang sunyi, menderita karena pedihnya sepi dan dambaan terhadap kebahagiaan. Engkau tak dikenal oleh sesama insan, lagi pula terpencil dari keakraban dan perhatian.

Saudaraku, kulihat engkau duduk di atas bukit emas serta menikmati kekayaanmu - bangga akan hartamu dan yakin bahwa setiap genggam emas yang kau kumpulkan merupakan mata rantai yang menghubungkan hasrat dan fikiran orang lain dengan dirimu.

Di mata hatiku engkau kelihatan bagaikan panglima besar yang memimpin bala tentara, hendak menggempur benteng musuh. Tapi setelah kuamati lagi, yang nampak hanya hati hampa belaka, yang tertempel di balik onggok emasmu, bagaikan seekor burung kehausan dalam sangkar emas dengan wadah air yang kosong.

Kulihat engkau, saudaraku, duduk di atas singgasana agung; di sekelilingmu berdiri rakyatmu yang memuji keagunganmu, menyanyikan lagu penghormatan bagi karyamu yang mengagumkan, memuji kebijaksanaanmu, memandangmu seakan-akan nabi yang mulia, bahkan jiwa mereka melambung kesenangan sampai ke langit-langit angkasa.

Dan ketika engkau memandang sekelilingmu, terlukislah pada wajahmu kebahagiaan, kekuasaan, dan kejayaan, seakan-akan engkau adalah nyawa bagi raga mereka.

Tapi bila kupandang lagi, kelihatan engkau seorang diri dalam kesepian, berdiri di samping singgasanamu, menadahkan tangan ke segala arah, seakan-akan memohon belas kasihan dan pertolongan dari roh-roh yang tak nampak mengemis perlindungan, karena tersisih dari persahabatan dan kehangatan persaudaraan.

Kulihat dirimu, saudaraku, yang sedang mabuk asmara pada wanita jelita, menyerahkan hatimu pada paras kecantikannya. Ketika kulihat ia memandangmu dengan kelembutan dan kasih keibuan, aku berkata dalam hati, "Terpujilah Cinta yang mampu mengisi kesepian pria ini dan mengakrabkan hatinya dengan hati manusia lain."

Namun, bilamana kuamati lagi, di balik hatimu yang bersalut cinta terdapat hati lain yang kesepian, meratap hendak menyatakan cintanya pada wanita; dan di balik jiwamu yang sarat cinta, terdapat jiwa lain yang hampa, bagaikan awan yang mengembara, menjadi titik-titik air mata kekasihmu...!

Hidupmu, wahai saudaraku, merupakan tempat tinggal sunyi yang terpisah dari wilayah penempatan orang lain, bagaikan ruang tengah rumah yang tertutup dari pandangan mata tetangga. Seandainya rumahmu tersalut oleh kegelapan, sinar lampu tetanggamu tak dapat masuk meneranginya. Jika kosong dari persediaan kemarau, isi gudang tetanggamu tak dapat mengisinya. Jika rumahmu berdiri di atas gurun, engkau tak dapat memindahkannya ke halaman orang lain, yang telah diolah dan ditanami oleh tangan orang lain. Jika rumahmu berdiri di atas puncak gunung, engkau tak dapat memindahkannya atas lembah, kerana lerengnya tak dapat ditempuh oleh kaki manusia.

Kehidupanmu, saudaraku, dibaluti oleh kesunyian, dan jika bukan karena kesepian dan kesunyian itu, engkau bukanlah engkau, dan aku bukanlah aku. Jika bukan karena kesepian dan kesunyian itu, aku akan percaya kiranya aku memandang wajahmu, itulah wajahku sendiri yang sedang memandang cermin.

(Dari 'Suara Sang Guru')
Khalil Gibran

Rabu, 28 Mei 2008

U R EXTRA ORDINARY WOMEN ...


You Are Strong...


Some people will try to make you feel bad

about being a woman,

will try to convince you

that you're incapable or inferior.


Don't believe it.

This is your life,

and you can do anything you want to do.


You don't have to follow

someone else's expectations

of who you should be.


Never let anyone convince you otherwise,

and never set limits upon yourself,

because you're a woman.


You can admire the same qualities in yourself

that you admire in men.


Remember that you're strong,

intelligent, and capable.

You're dedicated to any endeavor

that you undertake.


You are a woman,

and you have power.

You can follow your dreams

and dance to the beat of your own heart.


You don't have to go

through life dangling from the clouds;

instead you can fly to the stars and claim

one for your own.

Selasa, 27 Mei 2008

PERTANYAAN BAGI SI MATI


Bermulanya Episode Pertanyaan Munkar dan Nakir...


Tersebut di dalam Hadis lima perkara racun yang membunuh dan lima perkara penawar sebagai obatnya:


  1. Dunia itu racunnya dan zahid itu obatnya.

  2. Harta itu racunnya dan zakat itu obatnya.

  3. Perkataan yang sia-sia itu racunnya dan zikir Allah itu obatnya.

  4. Seluruh umur itu racunnya dan taat itu obatnya.

  5. Seluruh tahun itu racunnya dan Ramadan itu obatnya.

Sabda Nabi S.A.W. “Akan datang cinta mereka lima perkara dan lupa mereka lima perkara” :



  1. Cinta mereka kepada hidup — lupa mereka kepada mati.

  2. Cinta mereka kepada harta — lupa mereka kepada hisab.

  3. Cinta mereka kepada mahligai — lupa mereka kepada kubur.

  4. Cinta mereka kepada dunia — lupa mereka kepada akhirat.

  5. Cinta mereka kepada makhluk — lupa mereka kepada Allah.

Apabila hampir mati seseorang hamba Allah maka terbagilah dia kepada lima bagian :



  1. hartanya untuk ahli warisnya.

  2. nyawanya untuk Malaikal Maut.

  3. dagingnya untuk ulat-ulat.

  4. tulangnya untuk tanah.

  5. amalan dan kebajikannya untuk orang yang dianayainya.

Apabila bercerai nyawa dari badan, maka terdengarlah seruan dari langit tiga kali :



  1. Hai anak Adam, adakah engkau tinggalkan dunia atau dunia tinggalkan engkau?

  2. Hai anak Adam, adakah engkau mengumpulkan dunia atau dunia mengumpulkan engkau?

  3. Hai anak Adam, adakah engkau membunuh dunia atau dunia membunuh engkau?

Apabila dihantar ke tempat mandi berserulah suara dari langit tiga kali :



  1. Hai anak Adam, di manakah badanmu yang kuat mengapa jadi lemah?

  2. Hai anak Adam, di manakah lidahmu yang pandai bercakap mengapa diam?

  3. Hai anak Adam di manakah kekasihmu mengapakah jadi meninggalkanmu?

Apabila dibawa ke atas kain kafan maka menyerulah suara dari langit tiga kali :



  1. Hai anak Adam, engkau berjalan kepada perjalan yang jauh dengan tidak berbekal?

  2. Hai anak Adam, engkau keluar dari rumah tak akan kembali selama-lamanya?

  3. Hai anak Adam, engkau tinggalkan semua kendaraan maka tidak engkau kendarai selama-lamanya?
    dan engkau berpindah kepada negeri yang huru hara!

Apabila manyat dibawa di atas keranda maka menyerulah suara dari langit tiga kali :



  1. Hai anak Adam amat beruntunglah (bahagialah) kamu jika kamu menjadi seorang yang bertaubat.

  2. Hai anak Adam amat beruntunglah (bahagialah) kamu jika amal mu baik.

  3. Hai anak Adam amat beruntunglah (bahagialah) kamu jika sahabat mu dalam keridhaan Allah — dan amat rugilah (celakalah) kamu jika sahabat mu orang yang dimurkai Allah.

Apabila mayat diletakkan untuk disembahyangkan maka menyerulah suara dari langit tiga kali :



  1. Wahai anak Adam segala amal mu yang telah kamu lakukan akan kamu lihat.

  2. Wahai anak Adam, jika amal mu itu baik kamu akan lihat baik.

  3. Wahai anak Adam, jika amal mu itu buruk maka kamu akan lihat buruk.

Imam Annas bin Malik Radziyallah Anhu berkata, bahwa bumi setiap hari berkata :


Wahai anak Adam, kamu berjalan di atas ku, kamu akan kembali ke dalam perut ku (kubur).
Hai anak Adam, kamu berbuat maksiat dan dosa di atas ku, dan kamu akan disiksa di dalam perut ku (kubur).
Kamu bergurau di atas ku, dan kamu akan menangis di dalam perut ku (kubur).

Senin, 26 Mei 2008

KASIH ORANG TUA


Kisah Pohon Apel

Terkisahlah sebuah pohon apel yang besar dan perkasa. Ada seorang anak kecilyang sangat suka datang dan bermain dengan pohon apel tersebut. Dia memanjathingga puncak pohon, memakan buah apel, tertidur di bawah pohon tersebut…Dia sangat mencintai pohon apel tersebut dan pohon apel tersebut jugamencintai anak tersebut.

Waktu berlalu… Anak kecil tersebut tumbuh dan tidak lagi pernah bermain disekitar pohon apel tersebut. Pada suatu hari anak tersebut mengunjungi pohon apel tersebut dan terlihat sangat sedih. “Kemarilah dan bermain bersamaku”, pohon tersebut berkata kepada sang anak.
“Saya sudah besar dan saya tidak lagi bermain-main disekitar pohon lagi.” Sang anak menyahut, “Saya sangat menginginkan sebuah boneka. Saya membutuhkan uang untuk membelinya”
“Maaf, saya tidak punya uang…. Tapi kamu boleh memetik seluruh buah apelku, juallah agar kamu memiliki uang.”

Anak tersebut sangat gembira mendengarnya. Dengan riang dia memetik seluruh buah apel tanpa sisa. Selanjutnya anak tersebut tidak pernah lagi muncul.
Pohon apel tersebut menjadi sangat sedih karenanya.

Pada suatu hari, anak tersebut muncul lagi dan pohon apel tersebut sangat bersuka cita melihatnya. “Kemarilah dan bermain bersamaku” pohon apel berkata kepada anak tersebut.
“Saya tidak punya waktu untuk bermain. Saya harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan sebuah rumah untuk berteduh. Dapatkah kamu menolongku ?”

“Maaf, saya memang tidak memiliki rumah untuk kuberikan untukmu, tetapi kamu boleh memotong dahan-dahanku untuk membuat rumah.”
Dengan gembira anak itu memotong seluruh dahan pohon apel tidak bersisa.

Pohon apel merasa bahagia melihat kesukacitaan anak itu. Tetapi anak itu kembali pergi dan sejak saat itu tidak pernah lagi datang.
Pohon apel kembali sangat sedih.

Pada suatu siang yang panas, anak itu kembali dan pohon apel sangat gembira menyambutnya.
“Kemarilah dan bermain bersamaku.” Pohon apel berkata. “Saya sedang bersedih dan sudah tua. Saya ingin sekali pergi berlayar untuk bersantai. Dapatkah kamu menolongku ?”
“Gunakan kayuku untuk membuat perahu. Kamu dapat berlayar dan bergembira.”

Anak tersebut menebang pohon tersebut dan menggunakan kayunya untuk membuat perahu yang bagus. Dia pergi berlayar dan tidak pernah kembali dalam waktuyang lama.

Akhirnya, anak itu kembali muncul setelah beberapa tahun.
“Maafkan aku anakku. Aku tidak punya apa-apa lagi untukmu. Tidak ada buah apel yang tersisa untukmu…” Dengan sendu pohon apel berkata.
“Aku sudah tidak punya gigi untuk mengunyah” Anak itu menjawab.
“Aku sudah tidak ada kayu untuk engkau panjat” Pohon apel berkata.
“Saya sudah terlalu tua untuk memanjat pohon.” anak itu menjawab.
“Saya benar-benar tidak memiliki apa-apa untuk membahagiakanmu, kecuali akar tuaku.” pohon apel berkata tanpa bisa mencegah deras air matanya.
“Saya tidak butuh apa-apa lagi sekarang, hanya tempat yang nyaman untuk beristirahat. Saya sangat lelah setelah sekian lama.” anak tersebut menjawab.
“Bagus ! Akar tua-ku adalah tempat yang sangat baik untuk merebahkan badan agar kamu bisa beristirahat. Mari…kemarilah..! Duduk diatas akarku dan istirahatlah.”

Dengan penuh kasih pohon itu berkata. Anak itu menuruti ajakan pohon apel dan duduk beristirahat.
Pohon apel sangat bahagia dan tersenyum, tanpa sadar pohon apel menitikan air mata haru yang deras.
Ini adalah sebuah cerita untuk setiap orang. Pohon apel melambangkan orang tua kita.
Ketika kita masih kecil, kita sangat suka bermain bersama ayah dan ibu kita.
Ketika sudah tumbuh besar, kita meninggalkan mereka…
Hanya datang kembali kepada mereka pada saat membutuhkan pertolongan atau dalam kesulitan/kesedihan.
Apapun alasannya, ayah dan ibu kita akan selalu berada disamping kita untuk memberikan segalanya untuk membuat kita bahagia.

Anda mungkin berpikir anak dalam cerita diatas sangat jahat dan tidak berperasaan.
Tetapi begitulah yang lakukan terhadap kedua ayah dan ibu kita.






SAHABAT WANITA

SAHABAT WANITA


Pada suatu hari, seorang wanita muda yang baru saja menikah mengunjungi ibunya, Mereka duduk di sebuah sofa dan menikmati segelas air teh dingin. Ketika mereka sedang berbincang-bincang mengenai kehidupan, pernikahan, tanggung jawab dalam hidup serta kewajiban, sang ibu dengan perlahan menaruh sebongkah es batu ke dalam gelasnya dan menatap wajah anak perempuannya.

"Jangan lupakan sahabat-sahabat wanitamu. " nasihatnya, sambil mengaduk-aduk daun teh di bawah gelasnya. "Mereka akan menjadi orang yang penting bagimu ketika usiamu makin tua. Tidak peduli seberapa dalam kau mencintai suamimu, seberapa banyak anak-anak yang kau miliki, kau masih tetap harus memiliki sahabat wanita. Ingatlah untuk berjalan-jalan bersama mereka, melakukan hal bersama-sama dengan mereka. Dan ingat bahwa mereka bukan hanya sekedar sahabat wanitamu, tetapi mereka akan menjadi saudara, anak dan yang lainnya. Kau akan membutuhkan sosok wanita yang lain. Wanita selalu begitu.

"Sungguh nasihat yang aneh," pikir si wanita muda. "Bukankah aku baru saja menikah? Bukankah aku baru saja bergabung dalam dunia pasangan-pasangan muda? Sekarang saya adalah seorang istri, orang dewasa, bukan anak perempuan kecil yang memerlukan teman main perempuan lainnya! Tentu saja keluarga yang akan kami bina dapat membuat hidup saya lebih berarti."

Tetapi, ia mendengarkan nasihat ibunya; ia terus berhubungan dengan sahabat-sahabat wanitanya dan bertemu dengan semakin banyak sahabat setiap tahun. Ketika tahun demi tahun berlalu, ia mulai merasakan betapa benar nasihat yang diberikan ibunya. Ketika waktu dan keadaan mengubah keberadaan mereka sebagai wanita dengan segala misterinya, sahabat-sahabat wanitanya tetap berada dalam kehidupannya. Setelah hidup selama 50 tahun dalam dunia ini, inilah fakta-fakta yang saya dapatkan dari memiliki sahabat wanita:


  • Sahabat wanita akan menjaga rahasiamu.

  • Sahabat wanita akan memberikan nasihat ketika kau membutuhkannya.

  • Sahabat wanita tidak selalu mengatakan apa yang kau lakukan benar, tetapi mereka bersikap jujur.

  • Sahabat wanita akan terus mengasihimu, meskipun ada perbedaan pendapat.

  • Sahabat wanita akan tertawa bersama-sama denganmu, dan lelucon kosong sama sekali tidak diperlukan hanya untuk sebuah tawa.

  • Sahabat wanita akan menolongmu keluar dari hubungan-hubungan yang buruk.

  • Sahabat wanita menolongmu mencarikan rumah tinggal yang baru, membantu mengepak barang dan pindah.

  • Sahabat wanita akan membantu membuat sebuah pesta untuk anak-anakmu ketika mereka menikah atau memiliki anak, manapun yang lebih dulu terjadi.

  • Sahabat wanita akan selalu berada di sampingmu, dalam suka maupun duka.

  • Sahabat wanita akan menempuh badai, topan, panas, dan kegelapan untuk mengeluarkan kau dari keputusasaan.

  • Sahabat wanita akan mendengarkan ketika kau kehilangan pekerjaan atau seorang kawan.

  • Sahabat wanita akan mendengarkan ketika anak-anakmu mengecewakanmu.

  • Sahabat wanita akan menangis bersamamu ketika orang yang dikasihimu meninggal.

  • Sahabat wanita menghiburmu ketika kau dikecewakan oleh banyak hal dalam kehidupanmu.

  • Sahabat wanita membantumu untuk bangkit kembali ketika pria kau cintai pergi meninggalkanmu.

  • Sahabat wanita senang ketika mereka melihatmu bahagia, dan bersedia mencari dan melemparkan apa yang tidak membuatmu bahagia.

Waktu berlalu. . . Kehidupan berjalan. . . Jarak memisahkan. . . Anak-anak beranjak dewasa. . . Cinta hilang dan pergi. . . Hati yang hancur. . . Karir berakhir. . . Pekerjaan berganti. . . Orang tua meninggal. . . Rekan- rekan melupakan kebaikan.
TETAPI, sahabat-sahabat wanita akan terus mendampingimu, meskipun waktu dan jarak yang terpaut sangat jauh, sahabat wanita tidak akan lebih jauh dari orang-orang yang membutuhkan.

(sumber : milis KJI, semoga bermanfaat)

CINTA & PERNIKAHAN

The Difference between
LOVE and MARRIAGE


CINTA

Suatu hari Plato bertanya pada gurunya :
“Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?”

Gurunya menjawab :
“Ada ladang gandum yang luas di depan sana,
berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali.
Kemudian ambillah satu saja ranting.
Jika kamu telah menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan CINTA”.

Plato pun berjalan dan tak berapa lama ia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apa pun.
Gurunya bertanya :
“Mengapa kamu tidak membawa satu pun ranting?”

Plato menjawab :
“Aku hanya boleh membawa satu saja,
dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali.”
“Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tidak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana.
Jadi tak kuambil ranting tersebut.
Saat aku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian, ternyata tak sebagus ranting yang tadi.
Jadi tak kuambil sebatang pun pada akhirnya”

Gurunya kemudian menjawab :
“Yah…, jadi itulah CINTA…!!”




PERNIKAHAN

Dihari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya :
“Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”

Gurunya pun menjawab :
“Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu PERKAWINAN”.

Plato pun berjalan dan tak seberapa lama dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar dan subur, tidak juga terlalu tinggi.
Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya :
“Mengapa kamu menebang pohon yang seperti itu?”

Plato pun menjawab :
”Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya,
setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong.
Jadi di kesempatan ini, aku lihat pohon ini dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat.
Jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini.
Aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya”.

Gurunya pun menjawab :
“Dan… ya… itulah PERKAWINAN!”


CATATAN KECIL :
CINTA itu semakin dicari maka semakin tidak ditemukan.
CINTA adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih.
Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah KEHAMPAAN…, tiada sesuatu pun yang didapat dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur.
Terimalah CINTA apa adanya!

PERKAWINAN adalah kelanjutan dari CINTA.
Adalah proses mendapatkan kesempatan.
Ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya.
Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu.
Karena sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.

LOVE YOURSELF

Love Yourself...

Love Yourself
Recognize your gifts and unique talents and put them to good use.

Love Yourself
Dream of what you can become, but accept and value the person you are now.

Love Yourself
Acknowledge your flaws, but don't underestimate yourself because of them.

Love Yourself
Reach for the impossible and do the best job you can do.

Love Yourself
Celebrate because you're special, beautiful, and unique.

Love Yourself
Treat yourself well.
Take good care of you.

Love Yourself
Believe you deserve the best, that you deserve to be loved.

Love Yourself
and others will love you for love begets love.

YOU THINK YOU ARE TOO OLD TO DO SOMETHING USEFULL?!

Too Old?...



So you think you're too old, huh?

Well, here's 20 reasons, why you're never too old to accomplish your dreams.

At age 40, Hank Aaron hit his 715th home run, more than anyone had ever hit.

At age 41, Christopher Columbus landed in the New World.

At age 44, Marie Curie won the Nobel Prize in chemistry.

At age 49, Mario Puzo published, The Godfather.

At age 52, Ludwig Van Beethoven composed the Ninth Symphony.

At age 53, Margaret Thatcher was elected Prime Minister of Britain--the first woman to hold that office. Yeah, Margaret!

At age 55, Alex Haley published Roots.

At age 57, Annie Peck climbed Mount Huascaran in the Andes. She was the first person to reach the top.

At age 59, Clara Barton founded the Red Cross.

At age 63, Francis Galton revealed to the world that no two people have the same fingerprints and revolutionized crime fighting in the process.

At age 64, John Pierpont Morgan formed U.S. Steel, the world's first billion dollar corporation.

At age 65, Laura Ingalls published Little House In the Big Woods, the first story in the popular "Little House on the Prairie," series.

At age 68, Clifford Batt swam the English Channel.

At age 69, Mother Teresa won the Nobel Peace Prize.

At age 78, Grandma Moses began taking painting seriously. Soon afterward, her career took off.

At age 79, Benjamin Franklin invented the bifocals.

At age 92, George Burns starred in the movie, Eighteen Again.

At age 94, Leopold Stokowski signed a six-year contract to conduct music.

At age 95, Mother Jones, Union Organizer, wrote her famed biography.

At age 100, Ichijirou Araya climbed Mount Fuji.

HOW OLD ARE YOU?!

George Carlin on age...
(Absolutely Brilliant)

IF YOU DON'T READ THIS TO THE VERY END, YOU HAVE LOST A DAY IN YOUR LIFE. AND WHEN YOU HAVE FINISHED, DO AS I AM DOING AND SEND IT ON.



George Carlin's Views on Aging

Do you realize that the only time in our lives when we like to get old is when we're kids? If you're less than 10 years old, you're so excited about aging that you think in fractions.

"How old are you?"
"I'm four and a half!" You're never thirty-six and a half.
You're four and a half, going on five! That's the key.

You get into your teens, now they can't hold you back.
You jump to the next number, or even a few ahead.

"How old are you?" "I'm gonna be 16!"
You could be 13, but hey, you're gonna be 16!
And then the greatest day of your life ... you become 21.
Even the words sound like a ceremony.
YOU BECOME 21. YESSSS!!!

But then you turn 30.
Oooohh, what happened there? Makes you sound like bad milk!
He TURNED; we had to throw him out.
There's no fun now, you're Just a sour-dumpling.
What's wrong? What's changed?

You BECOME 21, you TURN 30, then you're PUSHING 40.
Whoa! Put on the brakes, it's all slipping away.
Before you know it, you REACH 50 and your dreams are gone.

But wait!!!
You MAKE it to 60. You didn't think you would!

So you BECOME 21, TURN 30, PUSH 40, REACH 50 and MAKE it to 60.

You've built up so much speed that you HIT 70!
After that it's a day-by-day thing; you HIT Wednesday!

You get into your 80's and every day is a complete cycle; you HIT lunch; you TURN 4:30; you REACH bedtime. And it doesn't end there.
Into the 90s, you start going backwards; "I Was JUST 92."

Then a strange thing happens.
If you make it over 100, you become a little kid again.
"I'm 100 and a half!"

May you all make it to a healthy 100 and a half!!

HOW TO STAY YOUNG

Throw out nonessential numbers. This includes age, weight and height. Let the doctors worry about them. That is why you pay “Them”
Keep only cheerful friends. The grouches pull you down.
Keep learning. Learn more about the computer, crafts, gardening, whatever. Never let the brain idle. "An idle mind is the devil's workshop". And the devil's name is Alzheimer's.
Enjoy the simple things.
Laugh often, long and loud. Laugh until you gasp for breath.
The tears happen. Endure, grieve, and move on. The only person, who is with us our entire life, is ourselves. Be ALIVE while you are alive.
Surround yourself with what you love, whether it's family, pets, keepsakes, music, plants, hobbies, whatever. Your home is your refuge.
Cherish your health: If it is good, preserve it. If it is unstable, improve it. If it is beyond what you can improve, get help.
Don't take guilt trips. Take a trip to the mall, even to the next county; to a foreign country but NOT to where the guilt is.
Tell the people you love that you love them, at every opportunity.

AND ALWAYS REMEMBER :
Life is not measured by the number of breaths we take, but by the moments that take our breath away.

And if you don't send this to at least 8 people , who cares?
But do share this with someone.
We all need to live life to its fullest each day!!!

Minggu, 25 Mei 2008

LESSONS FROM GOD



Lessons from GOD...


I was lonely. I thought I had no one, but then YOU brought some wonderful new friends into my life.

I thought the world was cold, cruel, and unjust, and then YOU opened up my heart again through another's kindness.


I thought there were no good options, but YOU placed some before me.


I believed that my efforts amounted to nothing, but YOU rewarded me in unexpected ways.


I thought that there was no way to cope with my pain, but YOU provided a means.


I thought I would never be happy again, but YOU slowly made the sun trickle through the clouds.


I thought I was weak, but YOU showed me how very strong I can be.


I thought I'd never complete my goals, but YOU helped me every step of the way.


I though YOU had abandoned me, and then YOU sent me many beautiful signs to let me know that YOU're still there.


I thought badly of myself, but YOU brought my best to the fore, and reminded me that I can accomplish anything.


I needed something more in my life than what I had, and YOU provided it just when I needed it most.


I thought YOU were punishing me, until I realized that the trials YOU gave me helped me grow.


I was crushed from disappointment, but YOU acted in my best interest and brought me even greater opportunities.


I wanted to die to escape my grief, but YOU revealed the beauty of life, and reminded me that I have not yet completed my mission here on earth.


I thought my whole world was falling apart, but YOU showed me that a new day will come. Pointing out that I'm beautiful and strong as long as YOUR heart rests in mine.

LESSONS OF LIFE


Lessons of Life...

I feared being alone..., until I learned to like myself.

I feared failure ..., until I realized that I only fail when I don't try.

I feared success..., until I realized that I had to trying order to be happy with myself.

I feared people's opinions..., until I learned that people would have opinions about me anyway.

I feared rejection.., until I learned to have faith in myself.

I feared pain..., until I learned that it's necessary for growth.

I feared the truth..., until I saw the ugliness in lies.

I feared life..., until I experienced its beauty.

I feared death..., until I realized that it's not an end, but a beginning.

I feared my destiny..., until I realized that I had the power to change my life.

I feared hate..., until I saw that it was nothing more than ignorance.

I feared love..., until it touched my heart, making the darkness fade into endless sunny days.

I feared ridicule..., until I learned how to laugh at myself.

I feared growing old..., until I realized that I gained wisdom every day.

I feared the future..., until I realized that life just kept getting better.

I feared the past..., until I realized that it could no longer hurt me.

I feared the dark..., until I saw the beauty of the starlight.

I feared the light..., until I learned that the truth would give me strength.

I feared change..., until I saw that even the most beautiful butterfly had to undergo a metamorphosis before it could fly.

LIFE BEGIN IN 40?!


LIFE BEGIN IN 40?!


Akar dan orientasi kultur masyarakat Barat adalah materialisme. Mereka menilai dan membuat indikator hidup dari sisi materialistis. Atas dasar ini tidak mengherankan jika mereka mempunyai ungkapan bahwa ‘hidup’ dimulai pada umur 40 tahun. Life begin at 40.


Asumsinya adalah pada umur ini, karier telah cukup mapan, pendapatan, serta kekayaan telah mencukupi. Karena itu, sering pula pada usia 40 ini dikaitkan dengan puber kedua, yang membawa pada perselingkuhan. Kemapanan materi membawa godaan, sehingga umur 40 tahun merupakan saat kritis terjadi perceraian dalam rumah tangga.


Islam memberi perhatian kepada umur 40 berbeda secara diametrikal dengan budaya Barat. Umur 40 tahun mendapat perhatian khusus dari Alquran. Dalam Surat Al Ahqaf [46] ayat 15 Allah berfirman:
”Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah kau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”


Dalam surat tersebut setidaknya terdapat empat indikator kemuliaan manusia yang seharusnya menjadi identitas orang yang mencapai umur 40 tahun yaitu bersyukur, beramal shalih, bertaubat, dan berserah diri.


Bersyukur kepada Allah atas karunia umur yang mengantarkannya mencapai angka 40. Bersyukur atas kenikmatan hidup yang telah dianugerahkan Allah baik berupa kenikmatan material maupun nikmat anak keturunan (dzuriyat). Bersyukur sesuai hakikat bahwa semuanya karena kehendak yang mengikuti nilai-nilai kebaikan yang dikehendaki Allah dan dicontohkan dalam kehidupan Rasul dan para sahabat.


Bertobat disertai kesadaran bahwa manusia mempunyai kalbu yang berbolak-balik antara tarikan kebaikan dan keburukan. Bertobat disertai perenungan dan perhitungan apakah di usia 40 tahun lebih berat kebaikannya atau keburukannya. Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadisnya,
”Sesiapa yang mencapai umur 40 tahun dan dosanya lebih berat dari amal baiknya maka bersiaplah memasuki neraka.”


Berserah diri, merupakan permulaan yang pas untuk menapaki usia 40 tahun. Dengan demikian umur 40 tahun dipandang sebagai pencerahan kejiwaan, gerbang cahaya menuju kehidupan yang lebih mulia.


Di samping itu juga usia 40 tahun berarti jatah usia kita sudah berkurang. Meskipun secara kuantitatif usia kita bertambah. Artinya seandainya jatah usia kita 50 tahun maka, hidup kita tinggal 10 tahun, atau jika jatah usia kita 60 tahun maka, kita tinggal menghitung sendiri, berapa lama kita hidup lagi. Dan seterusnya.


Aneh jika sebagian kita merayakan ulang tahun dengan bangga bernyanyi ria “panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia serta mulia, serta mulia”. Seharusnya kita instrospeksi bahwa, sebenarnya jatah usia kita semakin berkurang dan nilai-nilai kemuliaan harus dijadikan barometer dalam beramal. Wallaahu a’lam.

Sabtu, 24 Mei 2008

BERSAHABAT DENGAN TAKDIR

BERSAHABAT DENGAN “TAKDIR”


Membicarakan masalah takdir seolah tak ada habisnya. Berbagai diskusi tentang takdir kerap tak menemui kata sepakat. Sebagian berpendapat bahwa apapun takdir manusia, semuanya ditentukan sepenuhnya oleh Sang Khalik sehingga manusia sama sekali tak berdaya menghadapinya dan tak bisa berbuat apa-apa kecuali berpasrah diri menerima takdirnya. Sebagian yang lain berkeyakinan bahwa manusia bukan makhluk tak berdaya, namun sebaliknya ia justru sepenuhnya diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya, yang dengan pilihannya itu ia akan menemui takdirnya. Adapula sebagian lainnya yang berpendapat ditengah-tengah, yaitu manusia sudah ditentukan takdirnya, tapi ada beberapa hal yang manusia diberi kesempatan untuk memilih. Pilihannya itulah yang akan menentukan hasil akhir dan membawanya menjalani takdir selanjutnya.

Sebagai orang awam, saya sih cenderung ikut pendapat yang terakhir. Sebab bukankah ada ayat di Al-Qur’an yang mengatakan hbahwa “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tak mengubahnya”. Artinya, ada wilayah dimana kita – manusia – diberi kewenangan untuk berupaya mengubahnya. Hasilnya?! Serahkan pada Yang Maha Kuasa. Banyaknya ayat dan hadits yang menyuruh kita berusaha dengan maksimal seolah akan hidup selamanya, termasuk diantaranya menyuruh manusia bertebaran selepas sholat Jumat untuk mencari rizki, suatu bukti bahwa manusia diminta untuk senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

Sebenarnya, sejak terlahir ke dunia, manusia sudah dibekali dengan sejumlah potensi dasar yang membuatnya “layak” disebut manusia. Setiap insan pasti dianugerahi dengan akal pikiran, hawa nafsu, kehendak/ kemauan dan hati nurani. Semua inilah yang menjadikan manusia “ahsani taqwim” (dalam bentuk yang sebaik-baiknya) dibanding makhluk Allah yang lainnya. Nah, untuk selanjutnya, terserah masing-masing orang akan dibawa kemana potensi dasar dirinya itu. Apakah potensi positifnya yang akan lebih unggul, ataukah potensi negatifnya yang akan mendominasi. Inilah kebebasan yang diberikan kepada manusia. Namun jangan dikira ini kebebasan tanpa tanggung jawab! Sebab semua yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Bukankah kita sudah dibekali dengan akal pikiran dan hati nurani?

Seperti yang ditulis Agus Mustofa dalam bukunya “Mengubah Takdir”, takdir manusia ini ibarat kalkulator. Setiap manusia dibekali dengan sejumlah program dasar yang membuatnya layak disebut kalkulator. Program dasar itu ialah : tambah, kurang, kali dan bagi. Namun setiap kalkulator juga dibuat berbeda-beda typenya, sehingga beda pula tingkat kecanggihannya dalam memproses penghitungan. Semakin canggih suatu kalkulator, semakin tinggi tingkat kemampuannya memproses hitungan yang rumit, semakin cepat waktu proses penghitungannya dan semakin akurat pula angka yang dihasilkan. Ada kalkulator yang cuma bisa dipakai untuk proses perhitungan sederhana (hanya bisa buat tambah, kurang, kali dan bagi), ada yang bisa dipakai menghitung akar kwadrat, ada yang dilengkapi fungsi eksponensial sehingga bisa dipakai memproses penghitungan pangkat berpuluh-puluh. Ada yang dilengkapi program logaritma, trigonometri (sin, cos, tg, cotg), sampai calculus (differensial dan integral) segala. Ada kalkulator yang tingkat akurasinya cuma sampai 2 decimal (2 digit di belakang koma), tapi ada pula yang sampai 10 decimal. Tentu saja kalkulator yang akurasinya sampai 10 digit layarnya pasti lebih lebar agar mampu menampilkan semua angkanya.

Tapi tak ada gunanya kita menggenggam kalkulator canggih kalau tak tahu cara mengoperasikannya. Atau lebih parah lagi kalau kita justru tidak tahu bahwa kalkulator yang kita miliki dilengkapi dengan fungsi-fungsi / feature tambahan. Untuk menghitung 54 (baca : 5 pangkat 4), kita terpaksa harus menekan tombol angka “5” sebanyak 4x, menekan tombol simbol “x” sebanyak 3x, diikuti menekan tombol simbol “=”. Totalnya 8 kali menekan tombol, kira-kira butuh waktu 8 detik. Sedangkan kalau kita tahu bahwa kalkulator kita dilengkapi dengan fungsi eksponensial dan tahu cara mengoperasikannya, maka tinggal “on”-kan mode “eksponensial”, lalu tekan tombol angka “5” disusul angka “4”. Hanya 2 langkah, berarti butuh waktu 2 detik, hasilnya sama : 625. Bayangkan kalau pangkatnya 10, berarti harus pencet tombol 20x, butuh waktu 20 detik. Sedangkan kalau tahu caranya, tetap cuma butuh waktu sekitar 2 detik.

Setiap manusia sudah dibekali dengan keunikan dan potensi masing-masing. Setiap orang punya kelebihannya sendiri dan prestasi yang berbeda. Untuk mengejar prestasi yang sama, setiap orang akan menempuh jalan yang berbeda dengan tingkat kesulitan yang berbeda pula. Ada yang cepat menggapai puncak prestasi, namun cepat pula tergelincir. Tapi ada pula yang harus merangkak untuk menaiki satu demi satu anak tangga kesuksesan dan tetap bisa mempertahankannya untuk jangka waktu yang cukup lama. Ada yang harus melalui jalan yang terjal dan berliku untuk sampai ke satu tujuan, namun ada pula yang lewat “jalan tol”. Ada yang jalannya lancar-lancar saja, tapi tak kurang pula yang terjebak “macet” sampai menguras habis cadangan energinya. Ada yang tingkat “akurasi”nya dalam berpikir rendah, namun adapula yang sebaliknya. Tentu saja orang yang tingkat “akurasi” berpikirnya tinggi, “layar”nya pasti lebih lebar, artinya ia punya wawasan dan sudut pandang dalam menghadapi masalah yang lebih luas.

Nah, sebagai pemilik “kalkulator”, tugas kita sebagai manusia adalah mencari tahu “fungsi” apa saja yang ada dalam diri kita. Fungsi disini meliputi : bakat dasar, potensi kemampuan, karakter. Setelah tahu fungsinya, langkah selanjutnya adalah belajar cara mengoperasikannya. Yaitu bagaimana mengembangkan bakat bawaan yang sudah ada sejak lahir, bagaimana mengembangkan minat / ketertarikan kita pada suatu bidang agar bisa lebih bermanfaat dan menghasilkan, bagaimana mengasah kemampuan kita agar potensi bisa menjadi realisasi, serta bagaimana menyesuaikan karakter yang kita miliki dengan jenis/ lingkungan kerja yang akan kita tekuni, agar bisa “pas” sehingga memberikan hasil yang maksimal.

Agar kalkulator dapat berfungsi optimal, Allah sudah menyediakan “manual book” (buku petunjuk) untuk semua fungsi kalkulator secanggih apapun! Buku petunjuk itu berupa sunnatullah, hukum-hukum alam yang sudah menjadi keniscayaan. Jangan coba-coba menyalahi buku petunjuk, karena kalkulator tidak akan berfungsi dengan baik atau bahkan bisa jadi akan rusak. Gak percaya?! Coba aja buktikan!

Kalau anda membawa obor yang menyala masuk ke pompa bensin, lalu terjadi kebakaran hebat, maka apakah kita memang sudah ditakdirkan kebakaran? Tentu saja tidak! Kebakaran terjadi karena kesalahan kita sendiri yang melanggar sunnatullah : membawa obor ke pompa bensin. Kalau besok anda dijadwalkan ikut ujian, tapi sejak sebulan terakhir anda sengaja gak belajar sama sekali, maka jangan heran kalo saat pengumuman nanti nama anda tak tercantum sebagai peserta yang lulus. Apa itu artinya anda sudah ditakdirkan untuk tidak lulus? Ofcourse not! Kalau di kemasan dan iklan rokok sudah tercantum tulisan “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan & janin” tapi anda tetap mengkonsumsinya selama bertahun-tahun dalam “dosis” tinggi, tak usah ngomel kalau tubuh anda digerogoti berbagai macam penyakit. Kalau Allah sudah mengharamkan “khamr” dan anda masih saja doyan nenggak minuman keras, juga tak perlu mengeluh kalau organ-organ tubuh anda akan mengalami disfungsi sistem. Kalau di “manual book” sudah jelas-jelas tertulis : “jangan dekati zina” tapi masih banyak yang hobby berganti-ganti pasangan seenaknya, jangan heran kalau AIDS makin merajalela. Semua itu bukan takdir! Tapi akibat ulah manusia yang lalai mematuhi “buku petunjuk” yang sudah diberikan oleh Sang Maha Pencipta. Jadi kalau ada ketidak-seimbangan dalam tubuh kita, dalam hidup kita, bahkan disharmoni dijagad raya ini yang mendatangkan bencana alam (banjir, tanah longsor dsb.), pastilah ada sunnatullah yang dilanggar! Sebab pada dasarnya Allah menciptakan seisi alam raya ini dalam komposisi yang seimbang, serasi dan selaras. So, be careful with your calculator!

Seorang teman mengirim email tentang kisah 3 kaleng Coca Cola. Ketiga kaleng ini diproduksi di pabrik yang sama, isinya pun sama. Tiba saatnya kaleng-kaleng Coca Cola itu didistribusikan dengan truk pengangkut. Kaleng pertama diturunkan di sebuah mini market, dipajang di rak, diberi label harga “Rp. 4.000,-”. Kaleng kedua diturunkan di sebuah rumah makan, dimasukkan ke dalam lemari pendingin ukuran besar, dijual dalam keadaan dingin, setiap pembeli harus merogoh kocek Rp. 8.000,-. Dua kali lipat dari harga kaleng Coca Cola yang pertama. Kaleng terakhir diturunkan di sebuah hotel berbintang lima, tidak dipajang, hanya dikeluarkan bila ada tamu yang memesan. Saat disajikan, seorang pelayan memakai rompi dan berdasi kupu-kupu akan membawanya di atas nampan. Kaleng itu dikeluarkan bersama dengan gelas kristal dan butiran es batu. Sang pelayan dengan sopan akan membuka kaleng dan menuangkannya ke dalam gelas kristal, meletakkan sedotan, kemudian menyodorkan bill bertuliskan angka yang cukup fantastis : Rp. 30.000,-!

3 kaleng Coca Cola yang diproduksi oleh pabrik yang sama, diangkut dengan truk yang sama, diletakkan di tempat yang berbeda, harganya bisa berbeda jauh! Apa yang membuat ketiga kaleng Coca Cola itu berbeda harganya? Lingkungannya dan cara penyajiannya! Lingkungan anda mencerminkan HARGA anda. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Kaleng Coca Cola tak bisa memilih kemana ia akan diantarkan, dimana ia akan diletakkan dan bagaimana ia akan disajikan. Sebab kaleng Coca Cola hanyalah sebuah benda mati yang tak memiliki daya upaya untuk menolak tadirnya, tak punya kuasa untuk memperjuangkan nasibnya. Bagaimana dengan manusia?!

Tentu saja manusia berhak memilih kemana ia akan melangkah dan dimana ia akan memposisikan dirinya. Apabila anda berada dilingkungan yang bisa mengeluarkan potensi terbaik dari diri anda, maka anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila anda berada dilingkungan yang meng-kerdil- kan diri anda, maka anda akan menjadi kerdil. Itu sebabnya Rasulullah Muhammad SAW menyuruh kita berhati-hati dalam memilih teman. Siapa yang berteman dengan penjual minyak wangi akan terpercik harum aromanya, sedangkan siapa yang berteman dengan pandai besi (bukan bermaksud merendahkan profesi pandai besi lho), akan terkena panasnya. Jadi, dua orang yang memiliki bakat dan kemampuan yang sama, tapi berada di lingkungan yang berbeda, maka akan memiliki “nilai” yang berbeda pula.

Jadi, kalau anda ingin penghasilan anda gede, ya jangan bekerja di perusahaan kecil yang kemampuannya menggaji karyawan memang tak seberapa. Kalau ingin “air” yang mengalir deras dan lancar, carilah “mata air” yang debitnya besar. Nah, kalau anda sudah memilih untuk bekerja di perusahaan kecil – entah memilih dengan rela ataupun terpaksa – maka ya harus diterima konsekwensinya bahwa gaji yang anda terima tentu tak sebesar rekan anda yang bekerja di perusahaan besar. Kalau sumber mata air yang bisa anda temukan hanyalah mata air kecil, tak perlu mengeluh kalau aliran airnya kecil saja. Semua itu adalah konsekwensi dari sebuah pilihan. Bukan takdir, tapi nasib. Nasib masih bisa diperbaiki dan diperjuangkan. Tingkat keberhasilannya biasanya sebanding dengan upaya yang dilakukan. Dan tentu saja diiringi doa!

Bukan cuma lingkungan yang membuat kaleng Coca Cola berbeda harganya. Cara penyajiannya turut mendongkrak harganya. Begitu pula manusia, bagaimana ia mampu “mengemas” penampilan dirinya, akan menentukan seberapa ia akan dihargai oleh lingkungannya. Bagaimana ia membawakan dirinya di tengah masyarakat, akan menentukan apakah ia akan dihargai atau dipandang murahan. Kalau kita tak bisa menghargai diri sendiri, jangan salahkan kalau orang lain tak menghargai kita. Kalau kita tak lagi punya harga diri, itu bukanlah takdir! Salah kita sendiri telah lalai menjaga harkat dan martabat kita.

Dengan segenap kelebihannya, manusia diberi kebebasan kemana kakinya hendak dibawa melangkah. Setiap saat kita akan menjumpai persimpangan, entah itu pertigaan, perempatan atau bahkan simpang lima. Di tiap titik persimpangan kita harus memilih ke arah mana kita akan melanjutkan perjalanan : belok kanan, belok kiri, atau jalan terus. Setiap jalan yang kita pilih tentu akan berbeda tantangan yang dihadapi, berbeda pula tingkat kesulitan untuk melaluinya. Allah sudah memberikan rambu-rambu agar kita selamat melalui jalan itu. Ada rambu batas kecepatan maksimum, ada rambu larangan mendahului dari sebelah kiri, ada rambu peringatan agar hati-hati karena jalanan licin, berkelok-kelok, tikungan tajam atau jalan mendaki dan menurun. Selama kita mematuhi rambu-rambu yang telah ditetapkan Allah, Insya Allah kita akan selamat sampai tujuan. Sebaliknya kalau melanggar, selamat tidak ditanggung!

Kita harus sabar melalui jalan yang sudah kita pilih, agar tak celaka. Jangan sekali-kali melanggar “batas kecepatan maksimum” dalam mencari rejeki. Sebab setiap orang telah ditentukan “qadar” atau batas takaran rizkinya. Tak ada rizki yang salah alamat. Allah Maha Tahu seberapa banyak yang kita butuhkan dan kapan kita membutuhkannya. Jangan karena keburu kaya, lantas kita memilih ambil jalan pintas, memotong jalur, mendahului dari sebelah kiri atau bahkan keluar dari jalur yang semestinya. Apa saja disikat habis, semua diembat, tak peduli apakah itu “jatah” kita atau bukan, mengabaikan hak orang lain, tak lagi menghiraukan halal, syubhat bahkan haram! Na’udzubillah! Dalam hal ini motto “biar lambat asal selamat” benar-benar berlaku. Sebab, bukankah kita ingin selamat di dunia dan akhirat?! Jadi, dalam menjemput rizki tak perlu ngebut dan melanggar rambu-rambu yang ada.

Satu-satunya yang tidak bisa dihindari dan memang manusia tidak diberi kebebasan untuk memilih adalah maut! Ya, manusia tak bisa memajukan maupun memundurkan kematiannya sedetik pun! Tapi bukan berarti mentang-mentang kematian sudah ditentukan takdirnya sejak kita masih dalam kandungan, lalu kita tak perlu menjaga keselamatan hidup kita. Toh kalo belum waktunya mati gak bakalan mati! Saya pernah punya seorang teman yang percaya banget dengan garis tangan. Saking percayanya, dia sampai belajar cara membaca garis tangan (saya sih gak percaya pada keakuratannya membaca garis tangan). Masalahnya, teman saya ini hobby banget minum alkohol. Tiada hari tanpa bir dan berbagai jenis minuman keras lainnya. Maklum, ayahnya seorang “raja bir” di Thailand. Ambang batas kekuatannya menenggak miras juga sudah sangat tinggi. Kalau orang lain cukup dengan sebotol bir sudah bisa membuat mabok, dia sampai habis 3 botol juga belum apa-apa. Jangan salah, teman saya ini 100% cewek, bukan cowok! Kalau belum mabok, dia gak akan berhenti menenggak miras. Dalam keadaan mabok berat, dia nekad mengemudikan mobilnya pulang ke rumah. Pakai ngebut pula! Alhasil, tak perlu heran kalau ia sering nyaris celaka. Tapi ia tak pernah kapok. “Garis tanganku mengatakan umurku masih panjang, aku belum akan mati muda” itu kilahnya. Saya pernah mengingatkan : mungkin benar umurmu masih panjang, tapi bagaimana kalau kamu celaka dan harus kehilangan anggota tubuhmu? Apa kamu akan menghabiskan sisa umurmu dalam keadaan cacat? Dia cuma ketawa kala itu. Setahun kemudian, saya sempat membaca emailnya yang dikirim ke milis kami, dia cerita bahwa terpaksa kehilangan 3 ruas jari tangan kirinya, akibat kecelakaan gara-gara nyetir dalam keadaan mabok! Nah lho!

Allah telah menganugerahkan pada kita tubuh yang sempurna. Tugas kita lah untuk selalu menjaganya dan memanfaatkannya untuk kebaikan. Kalau kita mencekoki tubuh kita dengan racun (nikotin, alkoholic drink, narkotika, dll.), berarti kita sudah mendzholimi diri sendiri. Itu suatu bentuk kufur nikmat. Sebab bukankah mensyukuri nikmat berarti menjaga dan merawat nikmat yang sudah Allah berikan? Nah, kalau yang kita lakukan bukannya merawat tapi malah merusak, berarti kita tak pandai bersyukur alias kufur. Inilah yang bisa mengundang murka Allah, sehingga DIA mencabut nikmat sehat yang sudah diberikan pada kita.

Jadi, kesimpulannya : meskipun takdir sudah ditentukan, tapi kita tetap dibebaskan untuk memilih jalan yang akan kita lalui. Pilihan kita menentukan nasib kita. Pilihan yang tepat dipadukan dengan ketaatan pada “rambu-rambu” dan aturan Ilahi, akan membawa kita pada keselamatan. Sebaliknya, menentang sunnatullah, tak patuh pada aturan yang telah digariskan, akan membawa petaka. Apalagi kalau sejak awal kita telah salah memilih jalan yang akan dilalui dan salah memilih lingkungan tempat kita bertumbuh kembang. So, karena Allah tak pernah mendzholimi umatnya, maka kita pun harus berupaya untuk tak mendzholimi diri kita, agar selamat dunia – akhirat. Amin!


Surabaya, 23 Mei 2008
by : Ira

Rabu, 21 Mei 2008

SEBUAH AKHIR "PERJALANAN" YANG BERBEDA

AKHIR YANG BERBEDA
Dari Seorang Sahabat
(semoga kita termasuk dalam orang2 yang khusnul khotimah.... amien....)





Tatkala masih dibangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.
Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri : "Alangkah sabarnya mereka, setiap hari begitu, benar-benar mengherankan!" Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat kepada Allah.



Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku.

Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing. Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur'an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan,tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi. Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering melamun sendirian, banyak waktu luang, pengetahuanku terbatas. Aku mulai jenuh, tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain.





Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan. Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol, tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh tragis.

Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan.

Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah "Laailaaha Illallaah ... Laailaaha Illallaah ..." perintah temanku. Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.

Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat. Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi ... keduanya tetap terus saja melantunkan lagu "nakal" dari GIGI.

Tak ada gunanya .... Suara lagunya terdengar semakin melemah ... lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak ... keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun.

Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening... Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk).

Ia berkata "Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia.”

Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku Islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.

Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu' sekali.

Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada kebiasaanku semula. Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu. Kejadian yang menakjubkan!

Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota. Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itupun langsung tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa pertama cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapat penanganan. Dia masih sangat muda, wajahnya begitu bersih.Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.

Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan suara amat lemah. "Subhanallah! dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ? Darah mengguyur seluruh pakaiannya, tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu.

Selama hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur'an seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian "Aku akan menuntunnya membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu ... apalagi aku sudah punya pengalaman." aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur'an yang merdu itu.

Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke setiap rongga. Tiba- tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku.

Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan. Sampai di rumah sakit kepada orang-orang di sana, kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan.

Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah. Semua ingin ikut menyolatinya.

Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin. Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dia santuni. Bahkan juga membawa permen untuk dibagikan kepada anak-anak kecil.

Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa. hanya ada satu harap, semoga kita menjadi penghuni surga.. Biarlah dunia jadi kenangan, juga langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan pertaubatan.

Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan amal-amal yang nyata : memperbaiki diri dan mengajak orang lain. Allah Swt berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. " (QS. Al-Imran:185)

Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sabdanya, "Barangsiapa yang lambat amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya." Saudaraku, Siapa yang tau kapan, dimana, bagaimana, sedang apa, kita menemui tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak menghadap Allah SWT. Orang yang cerdik dan pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian dalam waktu-waktu yang ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan untuk menghadapinya.

note : amalkan ilmu, sampaikan walau satu ayat, salah satu amalan yang terus mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat. Begitulah hendaknya engkau nasehati dirimu setiap hari karena engkau tidak menyangka mati itu dekat kepadamu bahkan engkau mengira engkau mungkin hidup lima puluh tahun lagi, Kemudian engkau menyuruh dirimu berbuat taat, sudah pasti dirimu tidak akan patuh kepadamu dan pasti ia akan menolak dan merasa berat untuk mengerjakan ketaatan.

Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri, dan saudara-saudaraku seiman pada umumnya.

Jazakumullah khairan katsiran
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.