Jumat, 16 Mei 2008

TELAGA HATI


TELAGA HATI


Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama, lalu Ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan, "Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya", ujar pak tua.

"Pahit, pahit sekali", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping. Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya.

Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu. Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya. "Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah."

Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya, "Bagaimana rasanya?" "Segar", sahut si pemuda.
"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu?" tanya pak tua.
"Tidak, " sahut pemuda itu.

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata: "Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg kamu dapat lakukan : Lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan: "Hatimu adalah wadah itu; Perasaanmu adalah tempat itu; Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian. Karena Hidup adalah sebuah pilihan, mampukah kita jalani kehidupan dengan baik sampai ajal kita menjelang?”
**--Belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang terbaik"--**


Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey mengangkat segelas air dan bertanya pada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini? "

Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. "Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama saya memegangnya." kata Covey. "Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya"

"Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat. Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey. "Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".

Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa, setelah istirahat nanti dapat diambil lagi.

HIDUP INI SINGKAT, jadi cobalah menikmati dan manfaatkan. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.

KARENANYA JANGAN MUDAH BERPIKIRAN BURUK.
THINK POSITIVE alias HUSNUDZHON aja ya. . . . .


“Ketika masih muda, kau cari harta dengan mengorbankan kesehatan; Ketika tua, kau cari kembali kesehatan dengan mengorbankan hartamu. Akhirnya yang kau dapat hanya sepetak tanah dan batu nisan karena yang kau miliki ternyata tidak bisa dibawa ke akhirat. Ketika di akhirat kau masih risau dengan mereka yang masih di dunia. Lalu apa yang dinamakan dengan kebahagiaan?! Padahal surga jelas-jelas ada di hadapanmu, Tanah yang kau pijak dan tubuhmu adalah tanah suci adanya. Karena itu hidup momen demi momen adalah indah dan suci untuk dijalani. ”

Tidak ada komentar: